MOSKOW, BERANInews – Suhu politik di Eropa kembali memanas setelah pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron memicu reaksi keras dari Moskow. Dalam pidatonya pada Rabu lalu (5/3/2025), Macron mengungkapkan rencana untuk memperluas pencegahan nuklir Prancis kepada mitra Eropa serta kemungkinan pengiriman pasukan ke Ukraina untuk mendukung kesepakatan damai. Langkah ini, menurut Macron, penting untuk menghadapi ancaman global yang meningkat, terutama dari Rusia.
Macron menyebut bahwa kebijakan Donald Trump selama masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat telah menciptakan jarak yang lebar antara AS dan Eropa. Selain itu, ia menegaskan bahwa Rusia kini menjadi ancaman besar bagi stabilitas Eropa.
Namun, Kremlin tidak tinggal diam. Pada Kamis, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut pidato Macron sebagai provokasi yang berpotensi memperpanjang konflik.
“Pernyataan tersebut sangat konfrontatif dan menunjukkan bahwa Prancis tampaknya menginginkan perang ini terus berlangsung,” kata Peskov.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov turut menyampaikan kecaman keras. Ia menilai bahwa pernyataan Macron tentang penggunaan senjata nuklir merupakan ancaman langsung terhadap Rusia.
“Jika Macron benar-benar bermaksud menggunakan nuklir, itu akan menjadi langkah yang sangat berbahaya,” ujar Lavrov.
Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan tanggapan yang lebih tajam dengan menyebut Macron sebagai “Napoleon Bonaparte” modern, merujuk pada kegagalan invasi Napoleon ke Rusia pada 1812.
“Ada pihak-pihak yang tampaknya ingin mengulang sejarah tanpa belajar dari bagaimana itu berakhir,” tegas Putin.
Ketegangan antara Rusia dan Prancis ini menambah ketidakpastian di kawasan Eropa yang sudah bergulat dengan konflik dan krisis geopolitik. Dunia kini menanti langkah selanjutnya dari kedua negara besar ini. Apakah akan ada upaya diplomasi, atau justru ketegangan ini akan membawa Eropa ke arah konflik yang lebih luas? Waktu yang akan menjawab. (red)