Kabaena, BERANInews — Sore yang berkabut menyelimuti kawasan Desa Wisata Tangkeno dengan kesan sendu dan menggigit. Di balik udara dingin yang menusuk, terselip kenyataan memprihatinkan: area wisata andalan Kabupaten Bombana itu terlihat seperti tak lagi terurus. Rumput liar tumbuh subur tanpa kendali, deretan vila yang dulu menjadi tempat favorit wisatawan tampak usang dan kusam, serta minim penerangan saat malam mulai menjelang.
Pada Kamis (10/4/2025), Bupati Bombana, Ir. H. Burhanuddin, M.Si, datang langsung meninjau kondisi tersebut. Kunjungannya tak sendiri—ia didampingi oleh Wakil Bupati Bombana, Ahmad Yani, S.Pd., M.Si., serta sejumlah pejabat daerah. Hadir pula Kepala Dinas PU Sofian Baco, Kepala Dinas Pariwisata Anisa Sri Prihatin, Kepala Dinas Perhubungan Ramsi Rafiu, serta perangkat daerah lainnya. Kepala Desa Tangkeno, Kasman Lanota, turut menyambut kedatangan tersebut. Istri Bupati dan Wakil Bupati juga tampak hadir, yakni Hj. Fatmawati Kasim Marewa dan Heny R. Rahman.
Di pelataran yang biasa ramai oleh pengunjung, rombongan tampak mengadakan diskusi sembari menikmati kudapan ringan. Fokus utama pembicaraan mereka adalah kondisi desa wisata Tangkeno yang kini seolah ditinggalkan. Area yang dulunya menjadi pusat kegiatan budaya kini terlihat kurang terawat. Tumbuhan liar menjalar di banyak titik, dan bangunan-bangunan penginapan tampak tak lagi mendapat perhatian.
Suasana kian terasa suram saat malam datang—lampu-lampu tak menyala, dan kabut menebal, menambah kesan angker pada kawasan yang dulunya penuh warna. Padahal, Tangkeno sempat dikenal sebagai destinasi unggulan di Bombana.
“Jadi, hari ini saya datang melihat dan merencanakan, jadi saya punya komitmen untuk membangun potensi pariwisata yang ada di Tangkeno, karena ini sudah masuk ikon Kabupaten Bombana dan telah masuk jadwal nasional,” ucap
Bupati H. Burhanuddin dengan ekspresi tegas.
Ia berharap, Festival Budaya yang menjadi daya tarik utama bisa kembali diadakan tahun ini.
“Mudah-mudahan tahun ini bisa berjalan Festival Budaya, dan kita akan benahi tempat ini dengan baik,” tambahnya.
Di sela kegiatan, seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya menyampaikan keluhan. Ia merasa pengalaman berwisata ke Tangkeno kini tak lagi nyaman, meskipun harus membayar tiket masuk sebesar lima ribu rupiah.
“Di sini, kita agak takut juga kalau sudah menjelang magrib, jadi lebih baik kita pulang, apalagi lampunya yang tidak menyala. Jadi saran kami tempat ini harus selalu diperhatikan agar memberikan kenyamanan bagi penikmat wisata,” ujarnya dengan nada khawatir.
Ia juga menyebut bahwa kemungkinan besar penurunan kondisi ini disebabkan absennya Festival Budaya tahun lalu.
“Mungkin saja tempat ini menjadi gelap dan rumput sudah mulai tinggi karena tahun 2024 lalu, jamannya pak Pj. Edy Suharmanto, tidak digelar kegiatan festival, makanya jadi seperti ini,” tuturnya.
Terkait persoalan penerangan, Kepala Dinas Perhubungan Bombana, Ramsi Rafiu, memberikan penjelasan bahwa permasalahan itu bukan karena minimnya infrastruktur.
“Sudah ada meteran listrik yang disiapkan, hanya tidak diisikan pulsa makanya gelap,” jelasnya singkat.
Kunjungan hari itu tidak hanya mencerminkan keprihatinan pemerintah daerah, tapi juga menjadi titik awal untuk merancang langkah-langkah perbaikan. Besar harapan agar Tangkeno tidak lagi menjadi destinasi yang terlupakan, melainkan kembali bangkit dan bersinar sebagai ikon budaya dan wisata Kabupaten Bombana.
(reporter: mang | editor: mon)
