Kolaka, BeraniNews – Sorotan publik tertuju ke panggung utama perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Sulawesi Tenggara yang ke-61, yang tahun ini dipusatkan di Kabupaten Kolaka, saat malam kegiatan Fashion Show yang berlangsung sangat meriah, Kolaka (24/4/2025). Salah satu momen yang paling menyita perhatian terjadi ketika Hj. Fatmawati Kasim Marewa, S.Sos., yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bombana, melenggang anggun dalam peragaan busana yang mengangkat kekayaan tenun lokal.
Dengan percaya diri, Hj. Fatmawati mengenakan busana tenun khas Bombana yang menampilkan motif istimewa bernama “Rapa Dara”, yang dalam dialek setempat berarti kepala kuda. Penampilannya tidak hanya mencerminkan keanggunan dan kekuatan seorang perempuan Bombana, tetapi juga menghidupkan kembali semangat pelestarian budaya yang mulai tergerus arus modernisasi.
Gaun yang dikenakan Hj. Fatmawati bukan sekadar simbol keindahan tekstil lokal, namun juga membawa pesan kuat tentang pentingnya mempertahankan jati diri melalui ekspresi budaya. Dalam sorotan lampu panggung dan di hadapan para undangan serta masyarakat yang memadati area pertunjukan, motif “Rapa Dara” tampil memesona, mengundang decak kagum serta tepuk tangan meriah dari penonton.
Yang membuat motif ini begitu istimewa, “Rapa Dara” bukan hasil produksi massal atau adopsi dari daerah lain, melainkan buah tangan langsung dari Hj. Fatmawati Kasim Marewa saat dirinya masih menjabat sebagai Penjabat Ketua Dekranasda Bombana tahun 2022 silam. Inovasi tersebut mencerminkan dedikasinya dalam memajukan kerajinan tenun lokal serta memperkenalkan kekayaan tekstil daerah ke level yang lebih tinggi.
Tak hanya menjadi identitas visual yang kuat, motif kepala kuda ini telah diakui secara resmi sebagai kekayaan intelektual milik Bombana. Berdasarkan data yang ada, motif ini telah tercatat dalam sistem Hak Cipta Nasional dengan nomor pencatatan 000516829 yang diterbitkan pada 9 Desember 2022. Pengakuan hukum ini menjadikan “Rapa Dara” sebagai simbol sah atas hasil kreativitas masyarakat Bombana yang dilestarikan dan dilindungi oleh negara.
Dalam kesempatan terpisah, Hj. Fatmawati menyampaikan bahwa inspirasi utama di balik penciptaan motif ini berasal dari karakteristik masyarakat Bombana itu sendiri—berani, tangguh, dan penuh semangat. Citra kepala kuda dalam motif “Rapa Dara” dianggap merepresentasikan nilai-nilai itu secara tepat dan artistik.
“Motif ini lahir dari semangat masyarakat Bombana yang gigih, tidak mudah menyerah, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keberanian dan kerja keras,” ujar Hj. Fatmawati Kasim Marewa.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keberadaan motif ini bukan hanya sekadar pelestarian budaya, tetapi juga upaya nyata untuk memberdayakan para pengrajin tenun lokal agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional. Ia berharap tenun Bombana dapat menjadi bagian dari tren fesyen modern tanpa kehilangan akar budayanya.
“Melalui motif Rapa Dara, kami ingin agar pengrajin Bombana mendapat ruang untuk terus berkembang dan tidak tertinggal. Ini adalah jalan untuk mengangkat ekonomi kreatif daerah,” lanjutnya.
Fashion show ini menjadi bagian dari rangkaian besar peringatan HUT Sultra ke-61 yang turut dimeriahkan oleh berbagai atraksi seni budaya dari seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Namun, penampilan Ketua Dekranasda Bombana menjadi salah satu momen paling berkesan yang menegaskan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan beriringan dengan inovasi serta penguatan identitas daerah.
Melalui penampilan tersebut, Hj. Fatmawati tidak hanya memperkenalkan kekayaan tekstil Bombana, tetapi juga memberikan teladan bagaimana peran pemimpin daerah dapat turut serta mendorong kemajuan sektor kreatif berbasis budaya. Kehadirannya di atas panggung bukan hanya sebagai pejabat daerah, tetapi sebagai representasi dari semangat masyarakat Bombana yang terus bergerak maju tanpa melupakan akar budaya yang membentuk mereka.
Dengan terus digalakkan dan didukung berbagai pihak, motif “Rapa Dara” diyakini akan menjadi ikon baru dalam dunia tenun Sulawesi Tenggara, sekaligus memperkuat posisi Bombana sebagai salah satu pusat kreativitas dan budaya yang patut diperhitungkan di Indonesia.
(Reporter: mang | editor: mon)